Sejarah
Asal
Ide dari pelaksanaan sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan profesionalisme dalam persepak-bolaan nasional. Alasan lainnya adalah karena format Liga Indonesia pada tahun 2007 yang kurang adil, berlangsung secara sistem setengah kompetisi. Sistem ini menyebabkan tingginya tingkat ketegangan pertandingan dan sangat berpotensi memicu kerusuhan. Alasan terakhir adalah karena terlalu banyak tim peserta (38 tim).
Pembentukan
LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Kompetisi ini dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah APBD.
Kelangsungan
Klub peserta Superliga harus merupakan klub profesional sesuai ketentuan FIFA dan AFC. Konsekuensinya, klub peserta tidak boleh bergantung pada sumbangan pihak ketiga, termasuk APBD daerah. Hal ini menjadi masalah besar bagi sebagian besar klub karena sampai saat ini hanya Arema Malang yang merupakan klub profesional penuh dan merupakan klub yang dibiayai tanpa menggunakan APBD daerah, selain Semen Padang dan Bontang PKT. Selain itu ada masalah lain yang mengancam kelangsungan Superliga seperti standarisasi stadion sesuai standar yang diberikan Badan Liga Indonesia (BLI). BLI juga sempat mengharuskan pelatih yang menangani tim-tim peserta Superliga harus berlisensi A. Meski demikian akhirnya BLI memberi toleransi yang memperbolehkan pelatih berlisensi B boleh membesut tim Superliga dengan durasi masa kepelatihan hanya semusim.[1]
Dari 18 klub yang diverifikasi oleh BLI, ada dua tim yang dipastikan tidak bisa mengikuti Superliga karena tidak bisa memenuhi lima aspek verifikasi BLI, yaitu Persiter dan Persmin. Untuk mengisi dua tim yang tidak lolos verifikasi itu ada tujuh tim dari Divisi Utama yang akan bersaing untuk memperebutkan jatah Persiter dan Persmin. Ketujuh tim tersebut adalah, Bontang PKT, Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, PSS Sleman, Persikabo Bogor, Semen Padang dan Persis Solo.[2]
Setelah melalui proses verifikasi terhadap tujuh tim dari Divisi Utama ini, akhirnya dua tim yang berhak menggantikan posisi Persiter dan Persmin ini diumumkan pada tanggal 16 Juni 2008, yaitu Bontang PKT dan PSIS Semarang. Kedua tim ini memiliki poin tertinggi dari lima aspek verifikasi BLI. Selain itu berdasarkan rapat pada tanggal 13 Juni lalu menghasilkan keputusan bahwa Liga Super Indonesia 2008 tetap diikuti oleh 18 tim meski sempat ada perdebatan mengenai pelangsungan LSI 2008 meski dengan 16 tim.[3]
PSMS Medan sempat terancam dibatalkan dari keikutsertaannya di LSI 2008 karena masalah internal klub yang cukup pelik. Perwakilan dari BLI membenarkan berita tersebut, dan menyebutkan bahwa LSI 2008 tetap akan dimulai pada hari Sabtu, 12 Juli 2008 tanpa menyebutkan konsekuensinya, bila BLI memutuskan untuk menggagalkan keikutsertaan PSMS di LSI 2008. Namun pada akhirnya PSMS tidak jadi mengundurkan diri dari LSI 2008.
PIALA INDONESIA
Piala Indonesia (bahasa Inggris: Piala Indonesia) adalah kompetisi cup profesional tahunan untuk klub sepak bola di Indonesia. Awalnya, dimulai dari era sepakbola amatir pada tahun 1985. Asosiasi Sepakbola Indonesia (PSSI) menyelenggarakan kompetisi secangkir penuh profesional dari tahun 2005 sampai sekarang. Kompetisi telah bernama Copa Indonesia di 2005-2009 sampai diubah kembali ke Piala Indonesia pada tahun 2010.
Secara tradisional, turnamen ini melibatkan semua klub dari seluruh lapisan dalam kompetisi sepak bola di Indonesia, yaitu liga super, divisi utama, divisi pertama, divisi kedua, dan divisi ketiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar